Sehubungan dengan pelaksanaan
program tanam jagung panen sapi (TJPS) yang dicanangkan oleh Pemprov. NTT pada
musim tanam 2020/2021, turut dilakukan oleh dua kelompok tani binaan Sekolah
Tinggi Pertanian Flores Bajawa (STIPER FB). Kelompok STIPER FB Turekisa
mengembangkan jagung pada lahan seluas ±6 ha di Desa Turekisa Kecamatan Golewa
Barat dan Kelompok STIPER FB Loa mengembangkan jagung di Desa Loa Kecamatan Soa
seluas ±5 ha.
Tujuan pengembangan jagung oleh
kelompok tani STIPER FB melalui program TJPS adalah bertujuan ganda yang hendak
diperoleh yakni selain produksi jagung juga sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa
dan dosen STIPER FB.
Dengan benih jagung varietas
Lamuru dan perlakukan yang sama serta dilakukan dengan SOP dan dalam pengawasan
PPL dan Pendamping Program TJPS, namun terdapat perbedaan, dimana pada kondisi
jagung di lahan Loa walapun ada hama ulat dan tikus kondisinya baik
dibandingkan dengan kondisi jagung yang terdapat di lahan Turekisa.
Hasil investigasi/pengamatan
lapangan oleh petugas POPT (Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman) Dinas
Pertanian Kabupaten Ngada pada Kamis 11 Februari 2021 menyimpulkan bahwa telah
terjadi serangan penyakit HAWAR DAUN hampir seluruhnya pada luas tanam ±6 ha di
kebun STIPER FB Turekisa.
Penyebab dan langkah antisipasi
atau pengendaliannya disajikan berikut dengan merujuk pada renfensi yang
ada:
Penyakit Hawar Daun, sebagaimana
dirilis oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan RI (https://m.facebook.com/Ditjentanamanpangan/photos ) bahwa
Penyakit hawar daun pada jagung disebabkan oleh Helminthosporium
turcicum.
Kehilangan hasil akibat serangan
penyakit ini mencapai 70%. Gejala awal serangan berupa bercak kecil, berbentuk
oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi
hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar antara 2,5 - 15 cm
dan bercak muncul mulai dari daun terbawah kemudian berkembang menuju daun
atas, infeksi berat akibat serangan penyakit hawar daun dapat mengakibatkan
tanaman jagung cepat mati atau mengering. Cendawan ini tidak menginfeksi
tongkol atau klobot jagung.
Cendawan ini dapat bertahan hidup
dalam bentuk miselium dorman pada daun atau sisa-sisa tanaman dilahan.
Pengendalian terhadap penyakit dapat dilakukan dengan menanam varietas tahan
hawar daun anatara lain bisma, pioner dan semar. Selain itu perlu dilakukan
eradikasi atau pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya pada tanaman
terinfeksi bercak daun. Pengendalian kimia dapat dilakukan penyemprotan
fungisida menggunakan bahan aktif mankozeb atau dithiocarbamate.
Selain itu juga kondisi lahan
pada lingkungan yang basah dan lembab menjadi pemicu berkembangnya penyakit
hawar daun dan mampu menimbulkan kerusakan berat hingga gagal panen, (https://www.corteva.id/berita/Penyakit-Hawar-Daun-Kerap-Menyapa-Tanaman-Jagung-Dimusim-Basah.html).
Hawar daun disebabkan oleh
cendawan atau jamur, serangan penyakit hawar daun menyukai lingkungan lembab
dan basah, penyakit ini memang dikenal memiliki daya rusak yang cukup tinggi.
Pencegahan dan perlindungan
secara kimiawi juga bisa dimulai saat muncul gejala serangan sampai tanaman
jagung memasuki masa generatif, yaitu munculnya bunga jantan. Hawar daun
biasanya banyak menyerang pada saat tanaman memasuki fase generatif, oleh
karena itu penyemprotan fungisida dilakukan saat mulai ada gejala serangan sampai
munculnya bunga jantan.
Benih jagung Lamuru adalah nama
dari varietas jagung bersari bebas yang dirilis oleh Badan Litbang Pertanian
tahun 2000. Jagung ini dirancang untuk wilayah-wilayah dengan kondisi lahan
maupun iklim yang kering seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat
(NTB), Sulawesi Tengah dan sejumlah kabupaten lainnya di Indonesia,(http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/87917/Keunggulan-Jagung-Komposit-Varietas-Lamuru).
Tindakan pengendalian yang
dilakukan oleh anggota kelompok STIPER FB Turekissa adalah dengan melakukan
penyemprotan fungisida dithane pad hari ini (Jumad 12 Februari
2021).
Penyemprotan fungisida di
kebun Turekisa saat ini juga didampingi oleh petugas POPT, PPL Kecamatan Golewa
Barat dan juga pendamping Program PJPS.
Bajawa, 12 Februari 2021
(Ketua STIPER Flores Bajawa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar